Malam ini bintang bersembunyi, karna di gantikan oleh titik-titik
air hujan. Riyana Vinanda, atau biasa di panggil Yana terus menatap
langit yang gelap, tanpa ada cahaya bintang maupun bulan. Dia terus
menatap dari dalam kamar, tak seperti biasa nya dia duduk di balkon
depan kamar untuk melihat cahaya bulan dan kilauan bintang.
Hujan telah menutupi semua keindahan langit malam itu. Jarum pendek
sudah menunjuk angka 10 malam. Tapi yana , sudah 2 jam lebih masih
memandang langit. Entah apa yang ia cari dari langit yang gelap itu.
Butiran butiran cairan bening pun keluar dari mata nya. Kini ia
menangis, tapi matanya masih tertuju pada langit. Air mata nya berlomba
dengan deras nya hujan yang turun.
” tuhan , apakah aku masih di
kasih kesempatan untuk melihat bulan dan bintang ?. melihat keindahan
langit ciptaan mu ? apakah aku masih di kasih kesempatan untuk merasakan
dingin nya titik titik hujan yang membasahi bumi ? apakah aku masih
dikasih kesempatan, merasakan sejuk nya zat tak berwujud saat aku
merasakan panas dari sang mentari ? “. ucap yana , tanpa dia sadari
darah keluar dari hidung nya.
Darah yang keluar semakin banyak yana yang menyadari langsung bergegas
mengambil tissu. Yana membersihkan darah yang keluar, tapi percuma darah
tak berhenti mengalir. Pandangan yana mulai kabur, dia mencoba berjalan
menuju pintu kamar nya dengan meraba meja yang ada di dekat nya. Tapi,
pandangan yana semakin kabur dan kini menjadi gelap.
” suasana ini ,
tempat ini , udara ini, aku pernah kesini. Rumah sakit. Aku masuk rumah
sakit untuk sekian kali nya.” Ucap yana yang mulai sadar sembari membuka
mata nya.
Yana memperhatikan sekeliling kamar nya, tak ada seorang pun disana.
Hanya ada yana yang terbaring lemah dengan tangan di infuse dan selang
oksigen yang di pasangkan ke hidung nya dan juga monitor pendeteksi
detak jantung manusia, yang terus berbunyi sesuai detak jantung dalam
tubuh yana.
“tuhan, apa sebentar lagi hidup ku akan berakhir? Kenapa
harus secepat ini tuhan. Kenapa aku berbeda dengan gadis lain. Kenapa
hidup aku hanya di habis kan di rumah sakit. Aku ingin seperti gadis
lain hidup tanpa beban atau penyakit apa pun. Tuhan , aku ingin hidup
lebih lama lagi. Tapi ,aku gak akan mungkin bisa melawan sakit ini.
Sakit ini sudah membuat aku sangat lemah. Tuhan ,jika memang hidup aku
sebentar lagi, izinkan aku membahagiakan orang yang ku sayangi”. Ucap
yana yang menangis.
Riyana vinanda , gadis 17 tahun ini masih memiliki perjalanan panjang
menuju cita-cita nya. Namun dia harus mengubur semua angan dan cita
cita nya di masa depan semenjak dokter memfonis nya terkena kanker darah
atau leukemia stadium akhir.
Yana sudah hampir tiga tahun lebih mengidap leukemia, Semakin hari
keadaan nya semakin memburuk. Dan hidup yana tidak lama lagi. Cobaan
yang sangat berat untuk gadis seumuran yana, masih banyak yang bisa dia
lakukan layak nya gadis remaja yang lain. Tapi, leukemia sudah
menghentikan semua kebahagiaan dan kehidupan yana yang seharus nya dia
jalani.
Orang tua dan sahabat yana sudah mengetahui keadaan yana. Hanya pram ,
yang sama sekali tidak tahu kalau yana mengidap leukemia. Yana memang
sengaja tidak ingin memberi tahu pram, dan melarang sahabat nya untuk
memberitahu pram.
Pram , bukan lah kekasih yana melainkan teman. Yana sangat menyayangi
pram lebih dari kata teman. Begitu juga sebalik nya, pram juga
menyayangi yana. Hanya saja yana kadang merasa ragu tentang perasaan
pram terhadapnya. Sikap pram yang cuek dan acuh membuat yana seakan
merasa pram tidak pernah menyayangi nya. Pram orang yang perhatian tapi
perhatiannya layak nya seorang teman. Bukan seperti seorang cowok yang
menyayangi dan perhatian pada kekasihnya.
Banyak cowok yang mendekati yana dan ingin memiliki yana. Tapi, yana
selalu menolaknya alasan nya karna hati yana hanya untuk pram. Namun,
saat yana menceritakan tentang cowok yang mendekati nya. Pram hanya
merespon “ oh,terserah lo aja. Mau lo terima apa gak ? apa hubungannya
sama gue. Kalau gitu lo terima aja lah “. Respon yang membuat yana
kecewa. Yana berharap pram akan berkata “ yana , kalau memang dia yang
terbaik buat kamu, aku rela kamu dengan dia. Melihat kamu bahagia udah
cukup buat aku “. tapi respon pram melenceng dari yang yana harapkan.
Jangan kan untuk berkata seperti itu, respon cemburu pun tidak ada.
Hubungan yana dan pram hanya sebatas teman, tapi perasaan yana lebih
dari itu. Pram pernah berkata “ gue gak mau nyakitin lo yan. Karna lo
gak akan tahan sama sikap gue yang kayak gini. Kalau gue gak mikirin
sikap gue ini. Udah lama yan, gue nembak lo. Gue sayang yan sama lo “.
Yana mengerti maksud pram, apa yang di bilang pram ada bener nya.
Tapi, apa mungkin dia akan tetap bersikap cuek dan acuh sama orang yang
dia sayang. Alasan yang gak bisa di terima, tapi di sisi lain alasannya
bisa di terima.
Lamunan yana pudar, saat pintu kamar nya terbuka. Seorang lelaki
tegap berjas putih dengan stetoskop yang mengalungi leher nya memasuki
kamarnya. Dia adalah dokter samsul yang selama ini telah merawat yana.
“ siang yana… Alhamdulillah kamu sudah sadar. Hmfhhmm….yana…” ucapan dokter samsul terhenti.
“ ya dok ? kenapa ? “ Tanya yana yang masih lemah.
“
yana keadaan kamu sudah semakin memburuk. Obat pun juga tidak bisa
membantu. Saya juga tidak bisa berbuat apa apa lagi. Sekarang kita
serahkan saja semua sama yang di atas. Hidup mati kita hanya ada di
tangan nya “.
“ gak apa-apa kok dok. Yana ngerti, Insya Allah Yana udah siap apapun yang akan terjadi sama Yana.”
“ maafkan saya yana. Kamu memang anak yang kuat. Kita berdoa saja, semoga Allah memberi yang terbaik buat kamu. “
“ iya dok, amin. Makasih ya dok, udah ngerawat yana selama ini “.
Esok harinya keadaan yana sudah membaik, dan dia di izinkan pulang
oleh dokter samsul. Orang tua , vey dan kiara, sudah datang untuk
menjemput nya. Vey dan kiara adalah sahabat yang paling di sayang yana.
Tapi , sebentar lagi yana akan meninggalkan sahabat-sahabat nya itu.
Yana akan pergi jauh dan gak akan kembali lagi.
Sesampai nya di rumah, yana langsung menghubungi pram. Dia ingin
bertemu pram untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi. Yana tau,
sebentar +lagi dia gak akan pernah bertemu pram lagi. Karna saat ini dia
masih di beri waktu untuk bernafas, yana tidak mau menyia-nyiakannya.
Yana takut nanti atau pun besok dia udah gak ada lagi di dunia ini. Yana
langsung mengirim pesan ke pram menggunakan handphone nya.
To : pram
Pram, ntar sore lo ada acara gak ?
Kita ketemu yuk, di taman. Gue pengen ketemu lo. Udah lama nih
Kita gak ketemu. Thank’s ya pram.
Pesan pun terkirim ke pram. Selang beberapa menit, pram membalas pesan yana.
From : pram
Lihat nanti ya, gue gak janji. Gue lagi males mau keluar.
Huh !!
Nyusahin aja lo !
Kayak gak ada kerjaan aja.
Dada
yana terasa sesak saat membaca pesan dari pram. Segitu nyusahin nya kah
diri nya untuk pram ?. ingin rasa nya yana menangis, tapi yana berusaha
menahan nya karna dia masih bersama dengan ayah, ibu, vey dan kiara.
Yana gak ingin orang yang di sayangi nya melihat dia menangis.
“ pram
, maaf kalau gue hanya bisa nyusahin lo aja. Sebentar lagi hidup lo
akan tenang pram. Tanpa ada gue yang slalu nyusahin lo”. Gumam yana.
Hari sudah sore, yana pun bersiap menuju taman untuk bertemu pram.
Sesampainya yana di taman, dia duduk di bangku yang ada di pinggir
danau. Hari ini, untuk ketiga kali nya yana bertemu pram. Yahh…mereka
memang jarang bertemu, perkenalan mereka berawal dari dunia maya.
Pembicaraan mereka melalui handphone hanya bercanda, saling mengejek,
dan ribut. Mungkin berawal dari itu, yana mulai menyayangi pram.
Satu jam…
Yana masih menunggu pram.
Dua jam berlalu…
Tapi sosok pram, tidak juga datang. Yana merasa
kecewa, sangat kecewa. Karna dia tidak akan bertemu pram, bahkan untuk
terakhir kali nya.
“ ya Allah, mungkin aku memang tidak di izinkan
untuk bertemu pram. Mungkin hanya aku, yang merasakan perasaan ini. Ya
Allah, terima kasih kau telah menumbuhkan cinta di hatiku. Cinta ini
akan tetap tumbuh,meski tak terbalas. Terima kasih, karna kau telah
memberi ku kesempatan untuk merasakan indah nya mencintai, tanpa di
cintai di akhir hidup ku.” Ucap yana tertunduk menahan tangis dan
berlalu meninggalkan taman.
Di kamar …
Yana langsung merebahkan tubuh nya ke atas kasur dan menatap langit langit kamar.
“
pram…kalau seandainya kamu tahu aku sakit dan hidup aku gak lama lagi.
Apakah sikap kamu akan tetap seperti itu ke aku ?. kalau pun sikap kamu
berubah, itu karna kamu kasian sama aku bukan karna kamu sayang sama
aku”.
Kali ini yana menangis, dia tidak bisa menahan nya lagi. Hati nya
udah terlalu sesak menahan nya. Dia membiarkan air mata nya terus
mengalir, sampai hati nya puas meluapkan semua nya.
Tiba-tiba handphone yana berbunyi, satu pangilan dari pram. Yana langsung menerima nya.
“ halo pram” sahut yana.
“
eh, lo dimana sih ? gue udah di taman nih. Kata nya lo mau ketemu, udah
setengah jam gue nunggu !. eh , lo malah gak datang. Buang waktu gue
aja lo !! “. Ucap pram dengan nada marah.
“ maaf pram, tadi gue . . . “
“
ah !! udah lah. Lo yang ngajak ketemu, lo pula yang gak datang. Emang
dasar nyusahin ya lo !! “ ucap pram yang memotong ucapan yana, tanpa
mendengar penjelasan dari yana dan langsung memutuskan pembicaraan.
Tuuutt…tuuutt…ttuuuttt….
Hati yana terasa teriris mendengar kata kata pram. Yana menangis lagi, hati nya benar-benar terasa sakit.
“
prraaamm…maafin gue ! gue gak maksud buat nyusahin lo. Gue gak maksud
buat lo nunggu. Gue Cuma mau ketemu sama lo. Gue pikir lo gak akan
datang, maka nya gue pulang. Maafin gue pram “ ucap yana terisak.
Lalu yana menuju meja , dia mengambil kertas dan pena. Yana menulis
sesuatu di kertas itu, entah apa yang di tulis nya. Setelah selesai yana
memasukkan kertas itu ke dalam tas nya.
Tapi …
Yana masih terus menangis. Yana tidak sadar kalau dia mimisan lagi
dan akhirnya yana pingsan. Yah…belum satu hari dia keluar dari rumah
sakit, kini dia harus masuk lagi.
“ ruangan ini lagi…suasana ini
lagi…aku kesini lagi…aku lemah, sangat lemah. Pandangan ku kabur. Ibu…
ayah… vey…kiara…kalian dimana ? apa karna pandangan ku kabur sehingga
aku tidak melihat mereka ? kenapa hanya ada dokter samsul. Kalian dimana
? aku ingin bertemu kalian “.
Yana mencoba menggerakkan tubuhnya. Tapi, semua anggota tubuhnya
terasa berat. Kondisi yana sangat lemah. Tubuh nya di pasangi infuse dan
selang oksigen. Dokter samsul melihat monitor pendeteksi jantung, dan
memperhatikan detak jantung yana sangat rendah.
Dokter samsul yang melihat yana mulai sadar, mencoba berbicara pada yana.
“
yana…kamu udah sadar ? kondisi kamu sangat buruk, lebih buruk dari yang
kemarin. Kamu kenapa yana ? belum satu hari kamu keluar, kamu malah
udah masuk rumah sakit lagi. Kamu ada masalah yana ?. kamu terlalu
stress yan, kamu sekarang ada di ruang ICU. Orang tua dan teman-teman
kamu nunggu di luar. Saya keluar dulu ya…”. Ucap dokter samsul berlalu
keluar kamar.
Yana hanya bisa menatap dokter samsul, tanpa bisa menjawab satu kata
pun. Tak lama orang tua yana , vey dan kiara memasuki kamar yana. Mata
mereka terlihat sembab karna terlalu lama menangis. Yana hanya bisa
menetes kan air mata melihat mereka yang seperti itu.
Ibu yana yang melihat yana menangis, mengusap air mata anak semata wayang nya dan memeluk nya.
“
yana…kamu kenapa nangis sayang ? apa yang kamu tangisin, kami semua gak
apa-apa kok. Kami nangis karna kami senang lihat kamu udah sadar nak”.
Ucap ibu yana berbohong.
“ iya yana, kamu jangan nangis ya sayang. Ayah gak mau lihat kamu nangis” sambung ayah yana.
“
yan… lo cepet sembuh ya. Biar kita bisa jalan bareng lagi. Bisa hunting
foto lagi. Kan udah lama kita gak kayak gitu yan. Lo pasti sembuh kok.”
Ucap vey sambil meneteskan air mata.
Kiara hanya terdiam dan terus menatap sahabat nya yang hanya terbaring lemah.
“vey…kiara…gue
juga pengen banget kita bisa kayak dulu lagi. Tapi, itu semua udah gak
mungkin lagi. Maafin gue vey…ki…gue bukan sahabat yang baik buat lo
semua. Gue jahat, gue tega ninggalin kalian dan gue gak akan kembali
lagi. Maafin gue…”. Gumam yana dalam hati.
Yana berusaha mengangkat tangan nya dan menunjuk tas coklat milik nya
yang di bawakan oleh ibunya. Ibu yana langsung mengambil tas milik yana
dan memberikan pada yana. Kini yana berusaha berbicara meski hanya satu
kata.
“sssuuu….rrraaattt….ttt” ucap yana.
Ibu yana membuka tas yana dan mengeluarkan dua lembar kertas. Satu
kertas di masukkan dalam amplop dan di pojok kanan tertulis “ to : pram
“. Surat ini di tujukan pada pram. Sedangkan yang satunya tidak di
masukkan ke dalam amplop. Ibu yana memberikan surat surat itu pada vey
dan kiara.
Kiara membaca surat tanpa amplop.
“ vey…kiara…sahabat gue yang
paling gue sayang. Maafin gue ya, kalau sebentar lagi gue pergi
ninggalin kalian. Gue bukan sahabat yang baik buat kalian. Gue jahat.
Gue tega. Gue egois. Vey…kiara…gue gak mau lihat kalian nangis saat gue
pergi nanti. Udah cukup gue buat kalian nangis terus. Kalian janji ya,
kalian gak akan ngeluarin air mata meski pun hanya setetes. Gue sayang
banget sama lo berdua. Sekali lagi maafin gue ya.
Oya…surat untuk pram. Lo kasih ke dia tiga hari setelah gue pergi ya.
Sampai sekarang dia belum tau keadaan gue sebenar nya. Makasih ya
sebelum nya.
Buat ayah dan ibu, makasih ya, udah ngejaga dan ngerawat yana sampai
sekarang. Maaf…yana harus pergi duluan. Yana udah gak kuat melawan sakit
ini. Ini semua bukan kehendak yana, udah takdir yana kayak gini. Ayah ,
ibu yana akan selalu ada di hati ayah dan ibu. Kita pasti akan ketemu
lagi di kehidupan baru.
Yana sayang kalian semua. Maafin yana, yana harus pergi “
Kiara selesai membaca surat dari yana. Kini suasana menjadi haru,
semua menangis mendengar kiara membaca surat dari yana. Kata kata
perpisahan dari yana. Gak ada yang sanggup jika harus kehilangan orang
yang di sayang.
“ yana sayang, kamu gak boleh ngomong gitu. Kamu
pasti sembuh nak. Kamu gak akan pergi sayang “ ucap ibu yana yang masih
menangis.
Yana hanya membalas dengan senyuman. Ibu yana menggenggam erat tangan
yana dan mencium kening yana dengan penuh kasih sayang. Ciuman ibunya
mengantarkan yana menuju dimensi baru nya dengan senyum terakhir yana
yang masih terukir di wajah nya.
Alat rumah sakit berbunyi, menandakan yana telah pergi untuk selama nya dengan tenang.
“ YANAAAAA……..” teriak ibu yana.
“ sudahlah bu, yana udah tenang. Dia sudah tidak menderita lagi dengan penyakit nya” ucap ayah yana menenangkan ibu yana.
Tiga hari setelah kematian yana, vey dan kiara menemui pram di sebuah
café. Mereka menceritakan semua apa yang selama ini yana alami.
Mendengar semua penjelasan vey dan kiara, pram serasa di sambar petir
denyut jantung terasa berhenti. Antara percaya dan tidak percaya, tapi
pram masih menunjukkan sikap biasa saja.
“ lo berdua gak usah
bercanda, itu akal akalan dia aja kan. Dia nyuruh lo berdua mengarang
cerita kalau dia sakit parah dan sekarang dia udah meninggal. Supaya apa
dia kayak gitu ?” ucap pram berusaha menutupi ketidakpercayaan nya.
“ kalau lo gak percaya, lo baca surat terakhir dari yana !! “ vey berusaha menahan marah, dan memberikan surat yana pada pram.
Pram mengambil surat dari vey dan membaca nya.
To : pram
Pram…
Saat lo baca surat ini, gue udah gak ada lagi
di dunia ini. Mungkin lo juga udah tau alasan gue pergi. Gue sengaja gak
ngasih tau lo, gue Cuma gak mau perhatian lo ke gue karna lo kasihan,
bukan karna lo emang sayang sama gue. Gue juga gak mau nyusahin lo,
seperti yang lo bilang gue Cuma nyusahin hidup lo aja.
Pram, gue sayang sama lo. Tapi kenapa sikap lo gak berubah. Lo orang
terakhir yang gue sayang, tapi gue bukan orang terakhir yang lo sayang.
Karna gue gak bisa menghidupkan perasaan lo yang udah lama mati karna
masa lalu lo. Bukan gue pram, memang bukan gue !!
Sore itu…
gue udah datang, 2 jam lebih gue nungguin lo. Gue pikir
lo gak bakal datang,maka nya gue pulang. Maafin gue ya pram, gue gak
maksud buat lo nunggu.
Gue berharap banget, gue bisa ketemu sama lo waktu itu. Tapi,
kayaknya gue memang gak di izinin buat ketemu sama lo, meski pun untuk
yang terakhir kali nya.
Gue gak tau pram, apa yang lo rasain setelah baca surat dari gue. Lo senang, marah, sedih, kecewa, nyesel, gua gak tau.
Pram…gue pengen banget lo berubah. Gak ada guna nya sikap lo kayak
gitu. Itu hanya membuat lo kehilangan orang yang berarti buat lo.
Termasuk seseorang yang bisa menghidupkan perasaan lo, lo gak akan
temuin orang itu. Selama sikap lo masih kayak gini.
Pram…seandai nya sikap lo benar-benar berubah. Gue akan minta sama
tuhan, kalau cewek yang elo sayang dan yang menyayangi lo adalah GUE.
Dan GUE juga yang bisa menghidupkan perasaan lo. Dan gue juga akan minta
sama tuhan, jika kemarin gue dan elo tidak menyatu, tapi di kehidupan
baru kita akan selama nya.
Gue memang udah mati pram, tapi cinta gue ke elo gak akan pernah
mati. Hanya saja, cinta lo gue bawa mati. Lo cinta terakhir gue, lo
alasan gue untuk hidup kembali. Gue hidup pram, tapi di dimensi yang
berbeda sama lo.
Gue juga hidup di hati lo, meski pun elo gak pernah menyadari itu.
Sekarang gue udah tenang pram, gue gak menderita lagi. Gue juga udah
gak nyusahin orang-orang di sekitar gue. Makasih ya pram, lo ngizinin
gue untuk mencintai lo. Gue pergi dulu……… J
GUE SAYANG SAMA LO….
LOVE YOU
Riyana Vinanda
“sekarang lo udah percaya kan ?” Tanya kiara.
“ gak ! gue gak percaya !” elak pram.
“ kalo elo gak percaya, lo ikut gue ke makam nya Yana”
“ ok !”
Vey dan kiara pun mengantar pram ke makam yana. Sesampai nya di
makam, pram melihat sebuah nisan tertulis nama “ RIYANA VINANDA”.
“ tinggalin gue sendiri” pinta pram pada vey dan kiara.
Vey dan kiara pun pergi meninggalkan pram. Pram, sekarang benar benar
percaya kalau yana udah pergi. Pergi….dan gak akan pernah kembali lagi.
Pram berlutut di samping makam yana, dia terus menatap nisan tersebut dengan tatapan kosong.
“
yan, kenapa lo gak pernah ngasih tau gue kalau lo sakit. Yang perlu lo
tau, gue sayang sama lo. Lo orang yang menghidupkan perasaan gue. maafin
gue yan, karna sikap gue. lo mau tau apa yang gue rasain ?? gue nyesel
yan , nyesel banget. Tapi, percuma gue larut dalam penyesalan, karna elo
gak akan kembali lagi. Yana…gue janji gue akan berubah. Makasih ya yan,
lo ngasih pelajaran yang sangat berharga buat gue. sesal terindah yang
pernah gue rasain. Sesal gue, karna sikap gue. terindah karna apa yang
gue rasain saat ini, gak akan terulang lagi, sikap gue yang kayak gini
gak akan ada lagi. Gue janji yan…gue janji !!
Yana…gue juga akan minta sama tuhan. Kalau gue akan di pertemukan
sama lo lagi di kehidupan yang baru. Yana…elo emang udah mati, tapi
bener yang lo bilang. Elo akan selalu hidup di hati gue selama nya.
Meski pun suatu saat nanti, hati gue udah mencintai orang lain. Tapi,
ada satu ruang di hati gue yang gak akan di masukkan oleh hati orang
lain. Karna satu ruang itu, udah di isi sama lo. Elo gak akan pernah gue
lupain yan…
Yana…semoga elo tenang ya di sana. Sekali lagi maafin gue. Makasih ya
yan, atas sesal yang terindah yang lo kasih ke gue. cobaan ini memang
berat buat gue, tapi ada hikmah nya kok.
Gue juga sayang sama lo RIYANA VINANDA “ ucap pram dengan penuh penyesalan. Pram pun mencium nisan yana.