Rabu, 26 Desember 2012

Penyesalan yang Terindah


Malam ini bintang bersembunyi, karna di gantikan oleh titik-titik air hujan. Riyana Vinanda, atau biasa di panggil Yana terus menatap langit yang gelap, tanpa ada cahaya bintang maupun bulan. Dia terus menatap dari dalam kamar, tak seperti biasa nya dia duduk di balkon depan kamar untuk melihat cahaya bulan dan kilauan bintang. Hujan telah menutupi semua keindahan langit malam itu. Jarum pendek sudah menunjuk angka 10 malam. Tapi yana , sudah 2 jam lebih masih memandang langit. Entah apa yang ia cari dari langit yang gelap itu.
Butiran butiran cairan bening pun keluar dari mata nya. Kini ia menangis, tapi matanya masih tertuju pada langit. Air mata nya berlomba dengan deras nya hujan yang turun.
” tuhan , apakah aku masih di kasih kesempatan untuk melihat bulan dan bintang ?. melihat keindahan langit ciptaan mu ? apakah aku masih di kasih kesempatan untuk merasakan dingin nya titik titik hujan yang membasahi bumi ? apakah aku masih dikasih kesempatan, merasakan sejuk nya zat tak berwujud saat aku merasakan panas dari sang mentari ? “. ucap yana , tanpa dia sadari darah keluar dari hidung nya.
Darah yang keluar semakin banyak yana yang menyadari langsung bergegas mengambil tissu. Yana membersihkan darah yang keluar, tapi percuma darah tak berhenti mengalir. Pandangan yana mulai kabur, dia mencoba berjalan menuju pintu kamar nya dengan meraba meja yang ada di dekat nya. Tapi, pandangan yana semakin kabur dan kini menjadi gelap.
” suasana ini , tempat ini , udara ini, aku pernah kesini. Rumah sakit. Aku masuk rumah sakit untuk sekian kali nya.” Ucap yana yang mulai sadar sembari membuka mata nya. Yana memperhatikan sekeliling kamar nya, tak ada seorang pun disana. Hanya ada yana yang terbaring lemah dengan tangan di infuse dan selang oksigen yang di pasangkan ke hidung nya dan juga monitor pendeteksi detak jantung manusia, yang terus berbunyi sesuai detak jantung dalam tubuh yana.
“tuhan, apa sebentar lagi hidup ku akan berakhir? Kenapa harus secepat ini tuhan. Kenapa aku berbeda dengan gadis lain. Kenapa hidup aku hanya di habis kan di rumah sakit. Aku ingin seperti gadis lain hidup tanpa beban atau penyakit apa pun. Tuhan , aku ingin hidup lebih lama lagi. Tapi ,aku gak akan mungkin bisa melawan sakit ini. Sakit ini sudah membuat aku sangat lemah. Tuhan ,jika memang hidup aku sebentar lagi, izinkan aku membahagiakan orang yang ku sayangi”. Ucap yana yang menangis.
Riyana vinanda , gadis 17 tahun ini masih memiliki perjalanan panjang menuju cita-cita nya. Namun dia harus mengubur semua angan dan cita cita nya di masa depan semenjak dokter memfonis nya terkena kanker darah atau leukemia stadium akhir.
Yana sudah hampir tiga tahun lebih mengidap leukemia, Semakin hari keadaan nya semakin memburuk. Dan hidup yana tidak lama lagi. Cobaan yang sangat berat untuk gadis seumuran yana, masih banyak yang bisa dia lakukan layak nya gadis remaja yang lain. Tapi, leukemia sudah menghentikan semua kebahagiaan dan kehidupan yana yang seharus nya dia jalani.
Orang tua dan sahabat yana sudah mengetahui keadaan yana. Hanya pram , yang sama sekali tidak tahu kalau yana mengidap leukemia. Yana memang sengaja tidak ingin memberi tahu pram, dan melarang sahabat nya untuk memberitahu pram.
Pram , bukan lah kekasih yana melainkan teman. Yana sangat menyayangi pram lebih dari kata teman. Begitu juga sebalik nya, pram juga menyayangi yana. Hanya saja yana kadang merasa ragu tentang perasaan pram terhadapnya. Sikap pram yang cuek dan acuh membuat yana seakan merasa pram tidak pernah menyayangi nya. Pram orang yang perhatian tapi perhatiannya layak nya seorang teman. Bukan seperti seorang cowok yang menyayangi dan perhatian pada kekasihnya.
Banyak cowok yang mendekati yana dan ingin memiliki yana. Tapi, yana selalu menolaknya alasan nya karna hati yana hanya untuk pram. Namun, saat yana menceritakan tentang cowok yang mendekati nya. Pram hanya merespon “ oh,terserah lo aja. Mau lo terima apa gak ? apa hubungannya sama gue. Kalau gitu lo terima aja lah “. Respon yang membuat yana kecewa. Yana berharap pram akan berkata “ yana , kalau memang dia yang terbaik buat kamu, aku rela kamu dengan dia. Melihat kamu bahagia udah cukup buat aku “. tapi respon pram melenceng dari yang yana harapkan. Jangan kan untuk berkata seperti itu, respon cemburu pun tidak ada.
Hubungan yana dan pram hanya sebatas teman, tapi perasaan yana lebih dari itu. Pram pernah berkata “ gue gak mau nyakitin lo yan. Karna lo gak akan tahan sama sikap gue yang kayak gini. Kalau gue gak mikirin sikap gue ini. Udah lama yan, gue nembak lo. Gue sayang yan sama lo “.
Yana mengerti maksud pram, apa yang di bilang pram ada bener nya. Tapi, apa mungkin dia akan tetap bersikap cuek dan acuh sama orang yang dia sayang. Alasan yang gak bisa di terima, tapi di sisi lain alasannya bisa di terima.
Lamunan yana pudar, saat pintu kamar nya terbuka. Seorang lelaki tegap berjas putih dengan stetoskop yang mengalungi leher nya memasuki kamarnya. Dia adalah dokter samsul yang selama ini telah merawat yana.
“ siang yana… Alhamdulillah kamu sudah sadar. Hmfhhmm….yana…” ucapan dokter samsul terhenti.
“ ya dok ? kenapa ? “ Tanya yana yang masih lemah.
“ yana keadaan kamu sudah semakin memburuk. Obat pun juga tidak bisa membantu. Saya juga tidak bisa berbuat apa apa lagi. Sekarang kita serahkan saja semua sama yang di atas. Hidup mati kita hanya ada di tangan nya “.
“ gak apa-apa kok dok. Yana ngerti, Insya Allah Yana udah siap apapun yang akan terjadi sama Yana.”
“ maafkan saya yana. Kamu memang anak yang kuat. Kita berdoa saja, semoga Allah memberi yang terbaik buat kamu. “
“ iya dok, amin. Makasih ya dok, udah ngerawat yana selama ini “.
Esok harinya keadaan yana sudah membaik, dan dia di izinkan pulang oleh dokter samsul. Orang tua , vey dan kiara, sudah datang untuk menjemput nya. Vey dan kiara adalah sahabat yang paling di sayang yana. Tapi , sebentar lagi yana akan meninggalkan sahabat-sahabat nya itu. Yana akan pergi jauh dan gak akan kembali lagi.
Sesampai nya di rumah, yana langsung menghubungi pram. Dia ingin bertemu pram untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi. Yana tau, sebentar +lagi dia gak akan pernah bertemu pram lagi. Karna saat ini dia masih di beri waktu untuk bernafas, yana tidak mau menyia-nyiakannya. Yana takut nanti atau pun besok dia udah gak ada lagi di dunia ini. Yana langsung mengirim pesan ke pram menggunakan handphone nya.
To : pram
Pram, ntar sore lo ada acara gak ?
Kita ketemu yuk, di taman. Gue pengen ketemu lo. Udah lama nih
Kita gak ketemu. Thank’s ya pram.
Pesan pun terkirim ke pram. Selang beberapa menit, pram membalas pesan yana.
From : pram
Lihat nanti ya, gue gak janji. Gue lagi males mau keluar.
Huh !!
Nyusahin aja lo !
Kayak gak ada kerjaan aja.
Dada yana terasa sesak saat membaca pesan dari pram. Segitu nyusahin nya kah diri nya untuk pram ?. ingin rasa nya yana menangis, tapi yana berusaha menahan nya karna dia masih bersama dengan ayah, ibu, vey dan kiara. Yana gak ingin orang yang di sayangi nya melihat dia menangis.
“ pram , maaf kalau gue hanya bisa nyusahin lo aja. Sebentar lagi hidup lo akan tenang pram. Tanpa ada gue yang slalu nyusahin lo”. Gumam yana.
Hari sudah sore, yana pun bersiap menuju taman untuk bertemu pram. Sesampainya yana di taman, dia duduk di bangku yang ada di pinggir danau. Hari ini, untuk ketiga kali nya yana bertemu pram. Yahh…mereka memang jarang bertemu, perkenalan mereka berawal dari dunia maya. Pembicaraan mereka melalui handphone hanya bercanda, saling mengejek, dan ribut. Mungkin berawal dari itu, yana mulai menyayangi pram.
Satu jam…
Yana masih menunggu pram.
Dua jam berlalu…
Tapi sosok pram, tidak juga datang. Yana merasa kecewa, sangat kecewa. Karna dia tidak akan bertemu pram, bahkan untuk terakhir kali nya.
“ ya Allah, mungkin aku memang tidak di izinkan untuk bertemu pram. Mungkin hanya aku, yang merasakan perasaan ini. Ya Allah, terima kasih kau telah menumbuhkan cinta di hatiku. Cinta ini akan tetap tumbuh,meski tak terbalas. Terima kasih, karna kau telah memberi ku kesempatan untuk merasakan indah nya mencintai, tanpa di cintai di akhir hidup ku.” Ucap yana tertunduk menahan tangis dan berlalu meninggalkan taman.
Di kamar …
Yana langsung merebahkan tubuh nya ke atas kasur dan menatap langit langit kamar.
“ pram…kalau seandainya kamu tahu aku sakit dan hidup aku gak lama lagi. Apakah sikap kamu akan tetap seperti itu ke aku ?. kalau pun sikap kamu berubah, itu karna kamu kasian sama aku bukan karna kamu sayang sama aku”.
Kali ini yana menangis, dia tidak bisa menahan nya lagi. Hati nya udah terlalu sesak menahan nya. Dia membiarkan air mata nya terus mengalir, sampai hati nya puas meluapkan semua nya.
Tiba-tiba handphone yana berbunyi, satu pangilan dari pram. Yana langsung menerima nya.
“ halo pram” sahut yana.
“ eh, lo dimana sih ? gue udah di taman nih. Kata nya lo mau ketemu, udah setengah jam gue nunggu !. eh , lo malah gak datang. Buang waktu gue aja lo !! “. Ucap pram dengan nada marah.
“ maaf pram, tadi gue . . . “
“ ah !! udah lah. Lo yang ngajak ketemu, lo pula yang gak datang. Emang dasar nyusahin ya lo !! “ ucap pram yang memotong ucapan yana, tanpa mendengar penjelasan dari yana dan langsung memutuskan pembicaraan.
Tuuutt…tuuutt…ttuuuttt….
Hati yana terasa teriris mendengar kata kata pram. Yana menangis lagi, hati nya benar-benar terasa sakit.
“ prraaamm…maafin gue ! gue gak maksud buat nyusahin lo. Gue gak maksud buat lo nunggu. Gue Cuma mau ketemu sama lo. Gue pikir lo gak akan datang, maka nya gue pulang. Maafin gue pram “ ucap yana terisak.
Lalu yana menuju meja , dia mengambil kertas dan pena. Yana menulis sesuatu di kertas itu, entah apa yang di tulis nya. Setelah selesai yana memasukkan kertas itu ke dalam tas nya.
Tapi …
Yana masih terus menangis. Yana tidak sadar kalau dia mimisan lagi dan akhirnya yana pingsan. Yah…belum satu hari dia keluar dari rumah sakit, kini dia harus masuk lagi.
“ ruangan ini lagi…suasana ini lagi…aku kesini lagi…aku lemah, sangat lemah. Pandangan ku kabur. Ibu… ayah… vey…kiara…kalian dimana ? apa karna pandangan ku kabur sehingga aku tidak melihat mereka ? kenapa hanya ada dokter samsul. Kalian dimana ? aku ingin bertemu kalian “.
Yana mencoba menggerakkan tubuhnya. Tapi, semua anggota tubuhnya terasa berat. Kondisi yana sangat lemah. Tubuh nya di pasangi infuse dan selang oksigen. Dokter samsul melihat monitor pendeteksi jantung, dan memperhatikan detak jantung yana sangat rendah.
Dokter samsul yang melihat yana mulai sadar, mencoba berbicara pada yana.
“ yana…kamu udah sadar ? kondisi kamu sangat buruk, lebih buruk dari yang kemarin. Kamu kenapa yana ? belum satu hari kamu keluar, kamu malah udah masuk rumah sakit lagi. Kamu ada masalah yana ?. kamu terlalu stress yan, kamu sekarang ada di ruang ICU. Orang tua dan teman-teman kamu nunggu di luar. Saya keluar dulu ya…”. Ucap dokter samsul berlalu keluar kamar.
Yana hanya bisa menatap dokter samsul, tanpa bisa menjawab satu kata pun. Tak lama orang tua yana , vey dan kiara memasuki kamar yana. Mata mereka terlihat sembab karna terlalu lama menangis. Yana hanya bisa menetes kan air mata melihat mereka yang seperti itu.
Ibu yana yang melihat yana menangis, mengusap air mata anak semata wayang nya dan memeluk nya.
“ yana…kamu kenapa nangis sayang ? apa yang kamu tangisin, kami semua gak apa-apa kok. Kami nangis karna kami senang lihat kamu udah sadar nak”. Ucap ibu yana berbohong.
“ iya yana, kamu jangan nangis ya sayang. Ayah gak mau lihat kamu nangis” sambung ayah yana.
“ yan… lo cepet sembuh ya. Biar kita bisa jalan bareng lagi. Bisa hunting foto lagi. Kan udah lama kita gak kayak gitu yan. Lo pasti sembuh kok.” Ucap vey sambil meneteskan air mata.
Kiara hanya terdiam dan terus menatap sahabat nya yang hanya terbaring lemah.
“vey…kiara…gue juga pengen banget kita bisa kayak dulu lagi. Tapi, itu semua udah gak mungkin lagi. Maafin gue vey…ki…gue bukan sahabat yang baik buat lo semua. Gue jahat, gue tega ninggalin kalian dan gue gak akan kembali lagi. Maafin gue…”. Gumam yana dalam hati.
Yana berusaha mengangkat tangan nya dan menunjuk tas coklat milik nya yang di bawakan oleh ibunya. Ibu yana langsung mengambil tas milik yana dan memberikan pada yana. Kini yana berusaha berbicara meski hanya satu kata.
“sssuuu….rrraaattt….ttt” ucap yana.
Ibu yana membuka tas yana dan mengeluarkan dua lembar kertas. Satu kertas di masukkan dalam amplop dan di pojok kanan tertulis “ to : pram “. Surat ini di tujukan pada pram. Sedangkan yang satunya tidak di masukkan ke dalam amplop. Ibu yana memberikan surat surat itu pada vey dan kiara.
Kiara membaca surat tanpa amplop.
“ vey…kiara…sahabat gue yang paling gue sayang. Maafin gue ya, kalau sebentar lagi gue pergi ninggalin kalian. Gue bukan sahabat yang baik buat kalian. Gue jahat. Gue tega. Gue egois. Vey…kiara…gue gak mau lihat kalian nangis saat gue pergi nanti. Udah cukup gue buat kalian nangis terus. Kalian janji ya, kalian gak akan ngeluarin air mata meski pun hanya setetes. Gue sayang banget sama lo berdua. Sekali lagi maafin gue ya.
Oya…surat untuk pram. Lo kasih ke dia tiga hari setelah gue pergi ya. Sampai sekarang dia belum tau keadaan gue sebenar nya. Makasih ya sebelum nya.
Buat ayah dan ibu, makasih ya, udah ngejaga dan ngerawat yana sampai sekarang. Maaf…yana harus pergi duluan. Yana udah gak kuat melawan sakit ini. Ini semua bukan kehendak yana, udah takdir yana kayak gini. Ayah , ibu yana akan selalu ada di hati ayah dan ibu. Kita pasti akan ketemu lagi di kehidupan baru.
Yana sayang kalian semua. Maafin yana, yana harus pergi  “
Kiara selesai membaca surat dari yana. Kini suasana menjadi haru, semua menangis mendengar kiara membaca surat dari yana. Kata kata perpisahan dari yana. Gak ada yang sanggup jika harus kehilangan orang yang di sayang.
“ yana sayang, kamu gak boleh ngomong gitu. Kamu pasti sembuh nak. Kamu gak akan pergi sayang “ ucap ibu yana yang masih menangis.
Yana hanya membalas dengan senyuman. Ibu yana menggenggam erat tangan yana dan mencium kening yana dengan penuh kasih sayang. Ciuman ibunya mengantarkan yana menuju dimensi baru nya dengan senyum terakhir yana yang masih terukir di wajah nya.
Alat rumah sakit berbunyi, menandakan yana telah pergi untuk selama nya dengan tenang.
“ YANAAAAA……..” teriak ibu yana.
“ sudahlah bu, yana udah tenang. Dia sudah tidak menderita lagi dengan penyakit nya” ucap ayah yana menenangkan ibu yana.
Tiga hari setelah kematian yana, vey dan kiara menemui pram di sebuah café. Mereka menceritakan semua apa yang selama ini yana alami. Mendengar semua penjelasan vey dan kiara, pram serasa di sambar petir denyut jantung terasa berhenti. Antara percaya dan tidak percaya, tapi pram masih menunjukkan sikap biasa saja.
“ lo berdua gak usah bercanda, itu akal akalan dia aja kan. Dia nyuruh lo berdua mengarang cerita kalau dia sakit parah dan sekarang dia udah meninggal. Supaya apa dia kayak gitu ?” ucap pram berusaha menutupi ketidakpercayaan nya.
“ kalau lo gak percaya, lo baca surat terakhir dari yana !! “ vey berusaha menahan marah, dan memberikan surat yana pada pram.
Pram mengambil surat dari vey dan membaca nya.
To : pram
Pram…
Saat lo baca surat ini, gue udah gak ada lagi di dunia ini. Mungkin lo juga udah tau alasan gue pergi. Gue sengaja gak ngasih tau lo, gue Cuma gak mau perhatian lo ke gue karna lo kasihan, bukan karna lo emang sayang sama gue. Gue juga gak mau nyusahin lo, seperti yang lo bilang gue Cuma nyusahin hidup lo aja.
Pram, gue sayang sama lo. Tapi kenapa sikap lo gak berubah. Lo orang terakhir yang gue sayang, tapi gue bukan orang terakhir yang lo sayang. Karna gue gak bisa menghidupkan perasaan lo yang udah lama mati karna masa lalu lo. Bukan gue pram, memang bukan gue !!
Sore itu…
gue udah datang, 2 jam lebih gue nungguin lo. Gue pikir lo gak bakal datang,maka nya gue pulang. Maafin gue ya pram, gue gak maksud buat lo nunggu.
Gue berharap banget, gue bisa ketemu sama lo waktu itu. Tapi, kayaknya gue memang gak di izinin buat ketemu sama lo, meski pun untuk yang terakhir kali nya.
Gue gak tau pram, apa yang lo rasain setelah baca surat dari gue. Lo senang, marah, sedih, kecewa, nyesel, gua gak tau.
Pram…gue pengen banget lo berubah. Gak ada guna nya sikap lo kayak gitu. Itu hanya membuat lo kehilangan orang yang berarti buat lo. Termasuk seseorang yang bisa menghidupkan perasaan lo, lo gak akan temuin orang itu. Selama sikap lo masih kayak gini.
Pram…seandai nya sikap lo benar-benar berubah. Gue akan minta sama tuhan, kalau cewek yang elo sayang dan yang menyayangi lo adalah GUE. Dan GUE juga yang bisa menghidupkan perasaan lo. Dan gue juga akan minta sama tuhan, jika kemarin gue dan elo tidak menyatu, tapi di kehidupan baru kita akan selama nya.
Gue memang udah mati pram, tapi cinta gue ke elo gak akan pernah mati. Hanya saja, cinta lo gue bawa mati. Lo cinta terakhir gue, lo alasan gue untuk hidup kembali. Gue hidup pram, tapi di dimensi yang berbeda sama lo.
Gue juga hidup di hati lo, meski pun elo gak pernah menyadari itu.
Sekarang gue udah tenang pram, gue gak menderita lagi. Gue juga udah gak nyusahin orang-orang di sekitar gue. Makasih ya pram, lo ngizinin gue untuk mencintai lo. Gue pergi dulu……… J
GUE SAYANG SAMA LO….
LOVE YOU
Riyana Vinanda
“sekarang lo udah percaya kan ?” Tanya kiara.
“ gak ! gue gak percaya !” elak pram.
“ kalo elo gak percaya, lo ikut gue ke makam nya Yana”
“ ok !”
Vey dan kiara pun mengantar pram ke makam yana. Sesampai nya di makam, pram melihat sebuah nisan tertulis nama “ RIYANA VINANDA”.
“ tinggalin gue sendiri” pinta pram pada vey dan kiara.
Vey dan kiara pun pergi meninggalkan pram. Pram, sekarang benar benar percaya kalau yana udah pergi. Pergi….dan gak akan pernah kembali lagi.
Pram berlutut di samping makam yana, dia terus menatap nisan tersebut dengan tatapan kosong.
“ yan, kenapa lo gak pernah ngasih tau gue kalau lo sakit. Yang perlu lo tau, gue sayang sama lo. Lo orang yang menghidupkan perasaan gue. maafin gue yan, karna sikap gue. lo mau tau apa yang gue rasain ?? gue nyesel yan , nyesel banget. Tapi, percuma gue larut dalam penyesalan, karna elo gak akan kembali lagi. Yana…gue janji gue akan berubah. Makasih ya yan, lo ngasih pelajaran yang sangat berharga buat gue. sesal terindah yang pernah gue rasain. Sesal gue, karna sikap gue. terindah karna apa yang gue rasain saat ini, gak akan terulang lagi, sikap gue yang kayak gini gak akan ada lagi. Gue janji yan…gue janji !!
Yana…gue juga akan minta sama tuhan. Kalau gue akan di pertemukan sama lo lagi di kehidupan yang baru. Yana…elo emang udah mati, tapi bener yang lo bilang. Elo akan selalu hidup di hati gue selama nya. Meski pun suatu saat nanti, hati gue udah mencintai orang lain. Tapi, ada satu ruang di hati gue yang gak akan di masukkan oleh hati orang lain. Karna satu ruang itu, udah di isi sama lo. Elo gak akan pernah gue lupain yan…
Yana…semoga elo tenang ya di sana. Sekali lagi maafin gue. Makasih ya yan, atas sesal yang terindah yang lo kasih ke gue. cobaan ini memang berat buat gue, tapi ada hikmah nya kok.
Gue juga sayang sama lo RIYANA VINANDA “ ucap pram dengan penuh penyesalan. Pram pun mencium nisan yana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar